Minggu, 26 September 2010

Minggu terakhir di bulan september

Minggu terakhir di bulan september tak seperti minggu yang sama di tahun lalu, tidak juga di tahun sebelumnya. Karena memang tidak ada tahun yang sama, di bulan yang sama, pada minggu yang sama. bahkan detik tidak sama setiap harinya.

Bagi orang kebanyakan, mungkin minggu menjadi waktu yang tepat menghabiskan waktu berkumpul bersama keluarga di rumah atau pergi berkunjung ke rumah saudara, atau ke suatu tempat untuk mengusir penat setelah enam hari bekerja, atau apapun. Terserah mereka.

Sama saja, minggu ini pun aku juga begitu. Menghabiskan waktu di rumah, bedanya aku menghabiskan waktu hampir setiap hari di rumah, hanya semalam saja meluangkan waktu sejenak bercanda dengan malam bersama teman-teman semasa SMA yang entah mengapa baru benar-benar ku rasa indahnya setelah menamatkan tiga tahun di sana.

Tengah hari baru tersadar dari gelapnya tidur malam, walaupun tak bisa di sebut malam karena adzan subuh sudah berkumandang. “Tapi masih gelap, berarti masih malam” ku pikir. Membuka mata untuk hari yang baru, karena hari yang lama sudah berlalu.

Menenggak segelas air putih, lalu duduk di depan monitor komputer, membuka proyek musik yang sedang ku kerjakan. karya cipta ku sendiri, aku menulis liriknya, merancang bunyi dan skema yang tepat untuk syair lagunya. Aku ingin menjadi seorang pemusik, dengan mencoba keluar dari kurungan telinga-telinga orang jaman sekarang yang berkata “tema cinta akan membuatmu kaya”.

 “tema cinta pasti ada dalam setiap penciptaan sebuah karya, tapi cinta yang seperti apa” kata bapakku. “cinta itu luas, tidak melulu pria kepada wanita atau sebaliknya” katanya lagi. “cinta kepada orang tua, kepada alam, dan kepada Sang Maha pemberi cinta”. Dia adalah salah satu orang yang paling ku percaya dalam menilai sebuah karya. Mungkin karena dia bapakku. Tapi sepertinya memang yang dia katakan banyak benarnya. Mungkin kalau dia bukan bapakku, aku tetap akan percaya apa yang dia katakan benar adanya. Mungkin, siapa yang tau. Hanya Tuhan saja.

Setelah yakin tak ada yang bisa kulakukan dengan lagu ini, aku beranjak mandi. Membiarkan air mengalir melalui sela-sela tubuh yang dekil karena keringat dan debu jalanan hari kemarin.

Kembali lagi, duduk di depan monitor dengan semangat baru. Tapi tidak dengan musik. Kali ini aku ingin menulis cerita. Sebuah cerita tentang hari ini. Sekedar cerita kecil untuk mengingatkan aku bahwa hari ini pernah terjadi. Tak perlu bercerita tentang sesuatu yang besar. Karena Sutardji Calzoum Bachri hanya mau menulis yang kecil-kecil agar tak kebesaran pada dunia. Penyair besar menulis yang kecil-kecil, untuk apa aku menulis yang besar-besar. Sekedar mengingatkan diri sendiri.

Dan tulisan ini tercipta hari ini, minggu terakhir di bulan september.

1 komentar:

  1. lebih ringan, tapi knp gw merinding?
    cerita tentang bapak lw, inspiring dude!!
    mungkin coba lw tulis bagian per pengalaman yang lw laluin ama bokap lw, kayany bakaalan yahud boy!

    klu yang ini, agak gantung, gw pikir awalny lw mau cerita tentang kejadian pas malem sbelumnya,tnyata bukan,hhee
    lebih fokusin lagi dad,hhee

    so far, ini bagus buat awalaan yang lebih baik lagi.hhee

    BalasHapus