Jumat, 08 Juli 2011

titipan dan tanggung jawab...

sepertinya tanggung jawab memang inti dari kehidupan.

tanggung jawab kepada pilihan, kepada pernyataan, kepada barang yang dititipkan orang atau barang yang aku pinjam, kepada komitmen yang dibuat untuk diri sendiri ataupun kepada orang lain, juga tanggung jawab kepada semua kerja keras orang tua yang mendidik dan menuangkan segala usahanya untuk anak-anaknya. terlebih untuk para pria sebagai seorang pemimpin, bertanggung jawab kepada semua hal yang masuk dalam teritori kepemimpinannya. entah itu keluarga, kota, ataupun negara.

dan jelas, semuanya berujung kepada sebuah tanggung jawab yang sangat besar kepada Tuhan.

saat aku berpikir tentang tanggung jawab, aku berpikir tentang apa saja yang nantinya akan aku pertanggung jawabkan kepada sang Maha Pemilik. dan saat aku sebutkan "Maha Pemilik", sepertinya barang titipan adalah inti dari semua tanggung jawab. harta, tahta, keluarga, kesehatan, pengetahuan, kemampuan (skill), raga, bahkan mungkin pilihan hidup.

saat orang bilang "jodoh di tangan Tuhan" yang artinya adalah kita mencari, memilih dan memilah, dan Tuhan yang meyakinkan hati kita untuk memilih (bukan turun sendiri dari langit), kita sudah diberi tanggung jawab atas keyakinan yang sudah Tuhan berikan untuk hati kita. seperti sebuah proyek seorang arsitek yang di setujui oleh atasannya lalu dia bertanggung jawab merealisasikan rancangannya dengan sangat baik, jangan sampai bangunan yang dia rancang tidak bisa berdiri tegak, atau menyelewengkan dana untuk kepentingan pribadi, atau apalah. mungkin seperti itu.

dan mungkin, saat aku bicara tentang masa depan dan jalan yang aku pilih untuk melaluinya, bisa juga disisipkan kata titipan dan tanggung jawab di dalamnya.

pengetahuan misalnya. karena pengetahuan yang membuat kita yakin terhadap jalan yang kita pilih. kita jadi tau resikonya, tau harus mulai dari mana, tau unsur apa saja yang mendukung cara kerjanya, semua pengetahuan yang bisa memperlancar jalan kita, dan semua pengetahuan yang kita dapatkan dari kenyataan dan kehidupan. dan menurutku, itu tidak lepas dari petunjuk Tuhan yang mungkin sudah kau minta dan rasa penasaran yang kau tumbuhkan. dan semuanya tidak diberikan cuma-cuma. sama saja dengan harta, pasangan, kesehatan, atau keluarga, semuanya di titipkan, dan kita harus bertanggung jawab dan memaksimalkan titipan itu untuk menjalani hidup yang baik. mungkin seperti itu.

kemampuan (skill) mungkin juga adalah titipan untuk memudahkan kita meraih apa yang kita inginkan. dan seperti barang titipan orang kepada kita, memang harus kita jaga. bedanya, barang titipan Tuhan ini selalu bisa  kita kembangkan dan terus kita asah hingga pada akhirnya kita akan rasakan bahwa memang kita yang menentukan mau diapakan kemampuan kita dan mau sampai mana kita kembangkan titipan Tuhan ini. dan Tuhan akan menunjukkan jalan ketika kita sampai pada keadaan stuck dalam proses pengembangannya.


saat ini, aku sedang berada dalam kawasan yang orang-orang sebut dengan kesenian, seni musik tepatnya. dan menciptakan adalah hal yang wajib dilakukan orang yang berada di dalam bidang kesenian. tapi bapakku dan kawanku bilang "kita tidak menciptakan, hanya mengumpulkan ide-ide yang sudah ada dan merangkainya menjadi ide orisinil kita".

dan menurut Plato "ide tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. ide tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada ide. ide sudah ada dan berdiri di luar pemikiran kita". berarti benar bahwa orang-orang yang berkesenian tidak menciptakan, tapi merangkai dan mengembangkan yang sudah ada. mungkin bukan kesenian saja, semua hal di dunia sepertinya begitu.

dan dengan kata lain, kemampuan untuk mengumpulkan, mengolah dan mengembangkan ide untuk dijadikan sebuah ide baru adalah titipan Tuhan.

"Tuhan yang menyediakan, kita yang menggunakan"


masa depan sangat erat kaitannya dengan pilihan, memilih untuk menjadi apa, melakukan apa, dan semacamnya. saat kelas satu SMA dulu aku sempat berpikir ingin menjadi arsitek, lalu di kelas dua aku ingin menjadi dokter, dan di kelas tiga aku ingin seperti bapakku yang menjadi pekerja film. sekarang aku ingin bermusik.

sempat terpikir, "kenapa datang sebuah keinginan yang tak terduga? darimana datangnya? kenapa harus musik? Tuhankah yang tunjukkan? seakan tiba-tiba dan tidak terasa adanya sebuah proses"

aku menikmati pejalananku, menikmati ide-ide yang mengalir masuk ke dalam kepalaku, aku mengajak beberapa kawan untuk membentuk sebuah grup band. dan pada suatu hari, karena banyaknya tekanan, kesulitan dari para personil dan sebagainya, aku merasa jalan ini terlalu berat, mungkin ini bukan jalanku. dan aku minta pada Tuhan untuk di tunjukkan jalan lain, di tunjukkan hidayah dan pilihan hidup yang tepat.

tapi aku selalu merasa ingin kembali, dan seperti yang orang-orang musik lain inginkan, memperdengarkan karyanya dan mendapat pengakuan orang banyak. lalu bapakku berkata untuk kesekian kalinya "kau di titipkan kemampuan untuk merangkai, bermain musik dan sudah banyak hasilnya. sudah banyak lagu yang kau miliki. jika ada masalah, selesaikan. memang tidak mudah, tapi tidak sulit". dan entah kenapa aku yakin bahwa doaku terjawab.

ternyata aku lupa bahwa aku telah sering di tunjukkan jalan, telah sering di berikan hidayah melalui bapakku. dan saat aku menikmati perjalanan masa depan dan pilihan hidupku lalu datang masalah, itu karena Tuhan menguji kesungguhanku. Tuhan yang meyakinkan, Tuhan yang memberi ujian dan Tuhan juga yang menunjukkan jalan. betapa berkuasanya.

menurutku jalan hidup, pilihan hidup, atau biasa disebut cita-cita, adalah titipan. bukan berarti kesulitan membuat kita harus meninggalkan jalan itu. dan jika ditinggalkan, secara tidak langsung kita tidak bertanggung jawab pada titipan Tuhan, pada keyakinan yang Tuhan berikan, pada jalan yang Tuhan tunjukkan.


dan aku tidak ingin lagi menutup jalan terbaik yang Tuhan tunjukkan untukku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar