Jumat, 27 Mei 2011

musik... bukan cita-cita,, mungkin hidup...

musik, bahasa universal. salah satu cara terbaik menuliskan separuh isi hati, dan separuh lagi dalam syairnya.

satu juta orang, satu juta persepsi. hanya dua unsur utama yang setiap orang pasti setuju, yaitu ritmis dan melodis. sisanya, bebas.


pertama kali, sekumpulan anak kecil yang mendeklarasikan diri sebagai grup band. dan aku ada di dalamnya. aku ada di kelas 1 SMA waktu itu, satu kelas dengan mereka. yang tiga pandai bermain gitar, yang satu cukup mahir menabuh drum, aku hanya bisa berteriak. cukuplah sebagai pelengkap.

"sepertinya bermain gitar itu menyenangkan, banyak wanita duduk di sekitar dan bernyanyi bersama. sangat menyenangkan" kupikir. dengan senang hati mungkin agak terpaksa, mereka ajarkan aku. ibarat anak TK belajar berhitung, dari satu sampai sepuluh.

Deny avianto, Rema K Aryanto, Khairul Anwar, dan Dwi Yulianto. mereka guru pertamaku.


Institut Kesenian Jakarta, aku sempat disana. melanjutkan pendidikan formal yang sangat menyenangkan. "tidak ada matematika, amanlah" kupikir. tempat yang paling jelas kurasakan dalam perkembangan perspektifku tentang kesenian, dan sangat berpengaruh dalam perkembangan perspektifku tentang musik.

beberapa kawan bahkan menjadi inspirasiku. walau aku tak sehebat mereka, paling tidak aku dapatkan banyak ilmu dan pengalaman dari orang-orang hebat disana. dan aku adalah orang yang sangat beruntung.


dan tentu saja, bapakku. seorang pria tua yang menurutku, sangat paham menilai sebuah karya. seorang pria yang memiliki selera yang sangat tinggi tentang kesenian.

aku tahu dan dia pun sadar, dia bukan orang yang ahli dalam menciptakan komposisi musik atau menulis syair lagu. bahkan dia mengakui bahwa skill bermain gitarnya jauh di bawah kemampuanku. tapi dia yang memperkenalkan aku dengan Rolling Stones, The Beatles, Led Zeppelin, Iron Maiden, ELP (Emerson, Lake, and Palmer), dan musisi-musisi hebat lainnya.

dia tidak menjelaskan secara khusus tentang musik, tapi dia menjelaskan secara umum tentang berkesenian. "kesenian itu tidak bertoleransi", "disiplin berkesenian itu sama beratnya dengan disiplin militer", dan banyak lagi kalimat-kalimat inspiratif lainnya.


sekarang, ada Nanda Ismana Putra, Nugroho Arfianto, dan Muhammad Kahfi. kawanku dan guruku yang lain. banyak inspirasi, pelajaran dan kenyataan yang bisa aku rasakan dari mereka. selera musik yang berbeda, dan perspektif mereka adalah pengalaman terbaik yang aku rasakan hari ini. dan tentu saja untuk hari nanti.


mungkin sejak dua tahun yang lalu, dan entah sampai kapan, bagiku bermusik bukan lagi sekedar cita-cita. dan berdirinya aku di atas sebuah panggung bersama kawanku pada suatu waktu, membuatku membatin "ini hidupku".


dan mereka adalah orang-orang hebat yang menjadi inspirasi, motivasi, kenyataan, pengalaman, guru, serta kawan, yang mengajarkan aku tentang musik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar