Senin, 02 Mei 2011

salah...

Salah…

Manusiawi sekali.

Kadang kita harus melewati tahap salah untuk sampai pada sebuah kebenaran.

Salah berpendapat, salah berucap, salah strategi, salah mengambil keputusan. Bahkan, jika ingin menuju ke suatu tempat yang asing, kita sering salah jalan. Lalu bertanya pada orang di sekitar, sampai akhirnya kita menemukan tempat yang kita tuju. Sebuah kebenaran.

Salah bukan berarti kehancuran, kegagalan, atau akhir dari sebuah perjalanan. kadang kesalahan adalah awal dari perjalanan dan menuntun kita kepada kebenaran-kebenaran yang tidak terduga sebelumnya. Thomas alpha Edison berhasil menciptakan lampu setelah 999 kali salah menggunakan bahan dasar. Dan dia tidak menganggap dirinya salah atau gagal, dia merasa menemukan 999 bahan yang tidak bisa digunakan sebagai bahan dasar lampu. Optimisme dan positive thinking, maybe that’s the key.

Salah…

Sangat manusiawi.

Dan sebagai seorang manusia, hidup kita penuh kesalahan. Kadang, pada suatu waktu aku dipaksa mengingat kembali kesalahan-kesalahan itu. Mengingat kembali raut wajah orang yang kuanggap salah, dan pada akhirnya aku sadar bahwa aku yang salah.

Seorang teman yang membanggakan hasil karyanya kepadaku berupa dentingan gitar dan beberapa bait syair lagu. Lalu aku bilang “syairnya tidak hebat, terlalu biasa. Coba kau dengar lagu ku” dan aku menyanyikan beberapa bait syair milikku.

Dan aku mengingat wajahnya, wajah putus asa dan merasa tidak dihargai. Bahkan mungkin di dalam hatinya dia berkata “syairmu tidak lebih baik dari punyaku”. Mungkin, karena hati hanya kau dan Tuhan saja yang tau. Dan aku sadar bahwa aku salah. Entah dia masih mengingatnya atau tidak, tapi aku masih ingat dengan jelas keadaan saat itu.

Seseorang yang aku salahkan karena janjinya tidak ditepati, padahal aku sering tidak menepati janjiku padanya. Atau orang yang aku salahkan pendapatnya, karena menurutku dia melihat dari sudut pandang yang salah. dan ternyata, sudut pandangnya menyimpan kebenaran lain.

Walau tak jarang, aku juga di salahkan karena pendapat yang aku kemukakan tidak sesuai dengan sudut pandang mereka. Tapi tidak masalah. Aku melihat ada 2 kemungkinan disana, aku memang salah atau benar kata orang bijak “beberapa manusia hanya ingin mendengar apa yang mereka ingin dengar, walaupun itu salah. dan tidak perduli dengan apa yang mereka dengar jika tidak sependapat, walau itu benar”

Entahlah, dan aku berharap menemukan kebenaran di setiap permasalahan.

Tak jarang aku mengemukakan pendapat yang sering membuat orang lain tidak terima. Entah itu masalah dunia ataupun agama. Padahal aku hanya ingin bertukar pikiran, ingin tau apakah pendapatku salah, dan ingin tau buku apa saja yang menjadi landasan pemikikiran mereka.
Tapi mereka menganggap aku sok pintar, tidak suka menerima pendapat orang lain, dan yang pasti mereka menganggapku salah. manusiawi.

Aku sadar bahwa aku adalah manusia, yang sering salah. tapi menurutku, saat kau sadar bahwa kau salah atau saat kau sadar kau ragu dengan suatu masalah, akan ada keinginan untuk mencari kebenaran. Untuk dibenarkan, atau memperbaikinya. Dan kesadaran adalah titik awal terungkapnya kebenaran, mungkin. Tidak masalah jika aku salah, aku percaya akan ada yang membenarkan entah darimana. Dan salah satu permintaanku kepada Tuhan adalah ditunjukan kebenaran jika aku salah, dan diyakinkan jika aku benar. Dan aku percaya Tuhan mengabulkan doa.

Tidak sedikit orang berkata “aku tidak tau, ilmuku belum sampai kesitu” lalu tidak perduli dan menghilang di balik tirai ketidakingintahuan. Jika dia sadar bahwa dia tidak tau, kenapa tidak mencari tau?. Tapi aku tidak menyalahkannya, karena aku takut nantinya malah aku yang salah. Walau sejujurnya aku menyayangkan hal itu, karena ada kemungkinan bahwa aku salah dan mungkin dia bisa membenarkan kesalahanku.

Aku punya seorang teman, dan aku senang karena dia mengerti artinya berdebat dan bertukar pikiran. Dan aku selalu senang karena dia tau banyak hal, yang aku tidak tau. Dan terkadang dia mengakui bahwa aku tau sesuatu hal yang dia tidak tau.

Biasanya aku yang banyak bertanya, kadang pertanyaan yang aku benar-benar tidak tau. Jika dia juga tidak tau, dia tidak akan berhenti mencari informasi. Hingga akhirnya kami berdua tau. Dan tak jarang aku mengajukan pertanyaan untuk tau pendapatnya, dari sudut pandang mana dia melihat, dan artikel mana yang dijadikannya bahan pemikiran.


Temanku yang lain pernah bercerita, “kita hampir sama kawan. aku sadar sudah terlalu banyak keragu-raguan terhadap pemikiran dan pendapatku, antara benar dan salah”.
“lalu, Apa yang kau lakukan?” aku bertanya.
“kesadaran itu menuntunku untuk mencari tau langsung kepada Yang Maha Mengetahui. Dan aku mulai membaca Al-Qur’an” lanjutnya.

“Guruku bilang membaca Al-Qur’an itu membuat kita cerdas, karena banyak ilmu di dalamnya. Bukan hanya ilmu agama dan akhirat, tapi juga ilmu dunia dan kebenarannya. dengan syarat, kita juga harus membaca terjemahannya” lanjutnya. Dan aku mulai tertarik mendengar ceritanya.

“Dia juga bilang, membaca Al-Qur’an dengan benar itu melatih kerja otak, karena kita bukan hanya membaca, tapi juga menyuarakan, dan mendengar sekaligus dalam satu waktu. Dan lagi membuat kita sehat karena nafas yang harus di atur membuat jantung bekerja dengan baik. Selain juga membuat kita tenang lahir dan bathin, dan ganjaran yang sudah dijanjikan oleh Tuhan” katanya. Aku terkesima mendengar ceritanya, dia sudah banyak berubah.

Dulu aku mengenalnya sebagai seseorang yang ‘bodoh’. menganggap mabuk bisa meringankan bebannya. Dan sebagai teman, aku ikut menemaninya. Yang berarti bahwa aku juga bodoh. Tapi kini, aku seperti baru mengenalnya.


Dan si ‘bodoh’ ini menyadarkan aku bahwa aku salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar